banner

Kamis, Desember 04, 2025

author photo

PASAL KE-6 

KH Imadudin Al-Bantani Menjawab Soal: JEJAK PENINGGALAN TERDAHULU SADAH BA’ALWI DI HADRAMAUT

Untuk membela nasabnya, Hanif Alatas dkk. berusaha menunjukan berbagai bukti Ahmad bin Isa di Hadramaut. Hanif menunjukan makam dan rumah Ahmad bin Isa, makam Ubaidillah, masjid yang di bangun Alwi bin Ubaidillah tahun 360 H. Makam Alwi bin Ubaidillah, makam Jadid bin Abdullah, Qubah Muhammad Sahib Mirbat, makam Ali Khali Qasam, makam Sahib Mirbat, Masjid Ali Khali Qasam, Makam Faqih Muqoddam, masjid Abdurrahman Assegaf dan masjid Al-muhdlar.[1] 


KH Imadudin Al-Bantani Menjawab Soal JEJAK PENINGGALAN TERDAHULU SADAH BA’ALWI DI HADRAMAUT


Jawaban Kiyai Imadidin Al-Bantani: Ahmad bin Isa tidak disebut satu kitab pun sebelum abad ke-9 H. berhijrah ke Hadramaut. Bagaimana bisa ada makam Ahmad bin Isa di sana? Ubaidillah tidak terkonfirmasi kitab apapun keberadaannya, baik di Hadramaut maupun di tempat lainnya bagaimana ada makamnya? Alwi bagaimana ia bisa membangun sebuah masjid megah tahun 360 H. padahal namanya baru muncul pada abad ke-9 H.? begitupula nama-nama Ba‘alwi lainnya: Muhammad, Alwi, Ali Khali Qasam, Muhammad Sahib Mirbath, namanya tidak pernah disebutkan ulama dalam kitab-kitab mereka bagaimana ada makamnya?

Menelusuri sebuah situs memang adalah salah satu metode melacak kesejarahan seorang tokoh, istana kerajaan, tempat pemujaan dan lain sebagainya. Melacak sebuah situs, bisa dengan dua cara: Pertama, situs itu disebut dalam sebuah sumber tertulis, lalu peneliti mencari keberadaan situs itu dengan penelusuran sampai penggalian. Misalnya tentang situs Kraton Majapahit di Trowulan, Kraton Pajajaran di Bogor dan Banten dan Kraton Demak di Jawa Tengah. Kedua, situs itu ditemukan terlebih dahulu, lalu dicari sumber-sumber yang berkaitan dengannya untuk diketahui nilai kesejarahannya.

Makam Ubaidillah, Alawi, Sohib mirbat dan lainnya dari keluarga Ba Alawi memang hari ini ada. Tetapi, itu saja belum cukup untuk dijadikan dalil bahwa tokoh-tokoh itu memang tokoh sejarah. makam itu mungkin bisa dijadikan bukti bahwa sosok itu ada pada masa kesejarahannya. Tetapi juga, bisa saja ia baru diciptakan pada masa kemudian. Dari itu, keberadaan sebuah situs seperti makam harus didukung bukti lain yang menyertainya. 

 

Makam Ahmad bin ‘Isa 

Para pembela nasab Ba‘alwi ber-hujjah (alasan) tentang hijrahnya Ahmad bin ‗Isa ke Hadramaut dengan dalil adanya bukti arkeologis berupa makam Ahmad bin ‗Isa di Husaysah, Hadramaut. Pertanyaannya, apakah benar makam yang diklaim sebagai makam

Ahmad bin ‗Isa itu asli? Apakah makam itu sudah dikenal sejak wafatnya Ahmad bin ‗Isa? Sumber sezaman apa yang bisa memberi kesaksian bahwa benar Ahmad bin ‗Isa dimakamkan di Husaysah? Sebuah makam di suatu tempat, tidak bisa menjadi bukti historis akan eksistensi seorang tokoh yang diklaim dimakamkan di tempat itu, tanpa ada bukti pendukung berupa catatan tentang itu. Jika tidak demikian, maka, orang Banten di masa ini bisa membuat makam yang indah dan megah kemudian ditulis dengan tulisan yang indah pula, bahwa makam ini adalah makam Imam Syafi‘i. Apakah dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Imam Syafi‘I hijrah ke Banten dan berketurunan di Banten?   Syekh Ahmad bin Hasan al-Mu‘allim mengatakan:

لم يثبت في تًريخ اليمن وجود قبر معظم عليو مشهد أو مسجد قبل العقد الثاني من القرن ات٠امس إلا ما ذكر ت٦ا يسمى مسجد الشهيدين بصنعاء الذي قيل أنو على قبري قثم وعبدالرتٛن ابتٍ

عبيداالله بن العباس رضي الله عنه

Terjemah:

― Tidak ada dalam sejarah Yaman makam di agungkan yang diatasnya ada masyhad dan masjid sampai separuh kedua abad lima kecuali yang disebut sebagai masjid syahidain di San‘a. yaitu yang disebut sebagai makam Qatsam dan Abdurrahman yang keduanya anak dari Ubaidillah bin Abbas yang dibunuh oleh Basar bin Arto‘ah, pejabat yang diangkat Muawiyah di Yaman‖.[2] 

 Dari keterangan Syekh Ahmad bin Hasan al-Mu‘allim ini, disimpulkan makam yang sekarang ada di Husaysah itu, yang disebut sebagai Ahmad bin ‗Isa, belum dikenal di Yaman sampai tahun 450 H., padahal Ahmad bin ‗Isa telah wafat 105 tahun sebelumnya (?). AlJanadi (w.732 H.), sebagai sejarawan yang gemar merekam adanya makam tokoh yang diziarahi orang, pun tidak mencatat di Husaysah ada makam Ahmad bin ‗Isa. sedangkan, dua tokoh yang disebut oleh Syekh Ahmad bin Hasan Al-Muallim, direkam pula keberadaannya oleh Al-Janadi dalam Al-Suluk Fi Tabaqat al-Ulama wa-al-Muluk. Ia mengatakan:

وقبر الطفلتُ مشهور بصنعاء في مسجد يعرف تٔسجد الشهيدين

يزار ويستنجح من الله فيوِ اتْٟاجَات

Terjemah:

―Dan makam dua anak masyhur di San‘a disebuah masjid yang dikenal dengan nama masjid Al-Syahidain di ziarahi dan dimintakan kepada Allah untuk dikabulkannya hajat‖107 

 Selain dua makam itu, Al-Janadi pun rajin berziarah ke makam para tokoh. Seperti ia merekam makam seorang dokter Irak yang dianggap pahlawan di Qinan dan ia berziarah ke sana. Ia berkata:

وقبره ىنالك وىو مسجد جامع لو منارة يزار ويتبرك بو دخلتو في

المحرم أول سنة ست وتسعتُ وستمائة

Terjemah:

―Dan makamnya (dokter dari Irak) di sana (Qinan), ia sebuah masjid jami‘ yang memiliki menara, diziarahi dan dianggap berkah, aku memasukinya di bulan Muharram awal tahun 696

H.‖ [3]

                 Al-Janadi (w.732), tidak merekam adanya makam Ahmad bin

‗Isa, padahal ia sejarawan yang rajin mencatat nama-nama makam yang diziarahi dan dianggap berkah. Artinya pada tahun 732 H>. itu, makam Ahmad bin ‗Isa belum dikenal (dibaca ‗tidak ada‘) seperti saat ini. Telah berjarak 387 tahun sejak wafatnya, makam Ahmad bin ‗Isa belum dikenal orang. Lalu kapan mulai adanya cerita bahwa Ahmad bin ‗Isa dimakamkan di Husaysah? Berita awal yang didapatkan adalah berita dari Bamakhramah (w.947 H.) dalam kitabnya Qaladat al-Nahr Fi Wafayyat A‟yan al-Dahr. Dalam kitab tersebut disebutkan, ada dua pendapat mengenai makam Ahmad bin ‗Isa: Pendapat pertama mengatakan ia wafat dan dimakamkan di Husaysah; pendapat kedua mengatakan ia wafat di Qarah Jasyib.[4] Lalu berdasar apa makam Ahmad bin ‗Isa ini dipastikan ada di Husaisah seperti yang sekarang masyhur sebagai makamnya? Bamakhromah menyebutkan bahwa makam itu diyakini sebagai makam Ahmad bin ‗Isa karena ada Syekh Abdurrahman menziarahinya dan ada cahaya yang dapat dilihat dari tempat yang diyakini sebagai makam Ahmad bin ‗Isa itu. Jadi bukan karena ada data dan sumber sebelumnya. Bamakhramah mengatakan:

يرى عل ات١وضع الذي يشار اليو ان قبره الشريف فيو النور العظيم وكان شيخنا العارف بالله عبد الرتٛن بن الشيخ محمد بن علي

علوي يزوره في ذالك ات١كان

Terjemah:

―Dilihat cahaya agung dari tempat yang diisyarahkan bahwa tempat itu adalah quburnya (Ahmad bin ‗Isa) yang mulia. Dan guru kami, Al-Arif Billah Abdurrahman bin Syekh Muhammad bin ‗Ali Alwi, berziarah ditempat itu.‖ [5]

 Seperti itulah makam Ahmad bin ‗Isa ditemukan, yaitu bukan berdasarkan naskah yang menyatakan bahwa ia memang dimakmkan di Husaysah, dan bukan karena memang makam itu telah ada sejak hari wafatnya yaitu tahun 345 H., tetapi diitsbat berdasarkan ijtihad. Berarti makam Ahmad bin ‗Isa baru ditemukan, bahkan dibangun, di abad sembilan atau sepuluh Hijriah, yaitu sekitar 602 tahun setelah hari wafatnya. Dari sana, keberadaan makam Ahmad bin ‗Isa di Husaysah ini, berdasar kesimpulan tidak adanya peristiwa hijrah-nya ke Hadramaut, sangat meyakinkan untuk dikatakan bahwa makam itu adalah makam palsu. 

 

Muhammad Shahib Mirbat 

Sosok Muhammad Sohib Mirbat Ba Alawi namanya tidak ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Yaman mulai dari masa hidupnya di abad ke enam hijriah sampai abad sembilan.

Seharusnya, tokoh yang disebut dalam kitab Ba Alawi sebagai ulama besar itu, terdeteksi ulama sejarah dan ditulis dalam kitab mereka. Dalam tulisan sebelumnya, penulis menduga, bahwa Muhammad Sohib Mirbat itu adalah Muhammad bin Ali al-Qola‘i. ia ulama besar di Mirbat yang sezaman dengan Muhamad bin Ali Ba Alawi ―Sohib Mirbat‖. Hemat penulis awalnya, yang lebih pantas menyandang gelar Sohib Mirbat adalah Imam al-Qola‘i, karena sosoknya masyhur sebagai ulama besar ahli fikih madzhab Syafi‘i; pendapatnya banyak dikutip oleh ulama fikih mu‘tabarah semacam Imam Nawawi dan Imam Ibnu Hajar; kitab karangannya banyak; namanya di catat dalam kitab-kitab sejarah semacam kitab al-Suluk.

Kini, keraguan penulis itu terjawab. Penulis telah menemukan sebuah kitab yang dengan tegas mengatakan siapa yang bergelar Sohib Mirbat. ia bukan Muhammad bin Ali Ba Alawi, bukan pula Muhammad bin Ali al-Qola‘i. Sohib Mirbat, adalah gelar yang diberikan kepada Penguasa di Kota Mirbat yang bernama Muhammad bin Ahmad al-Ak-hal al-Manjawi. ia adalah penguasa terakhir Kota Mirbat dari Dinasti al-Manjawi. Muhammad al-Akhal Sohib Mirbat disebut al-Akhal karena memakai celak dimatanya atau karena matanya ada tanda hitam sejak lahir.

Ibnul Atsir, pakar sejarah abad ke-7 dalam kitabnya al-Kamil fi al-Tarikh menyebutkan bahwa di tahun 601 Hijriah, Muhammad alAkhal Sohib Mirbat, digantikan oleh mantan menterinya yang bernama Mahmud bin Muhammad al-Himyari. (al-Kamil fi al-Tarikh: 10/ 203).

Walau dalam kitabnya itu, Ibnul Atsir hanya menyebut gelar Sohib Mirbat, tanpa menyebut namanya, namun nama itu dapat dikonfirmasi dalam kitab sejarah yang lain seperti kitab Dzifar ibrattarikh bahwa nama gelar Sohib Mirbat bukanlah untuk Muhammad bin Ali Ba Alawi tetapi untuk penguasa Mirbat yang bernama Muhammad bin Ahmad al-Akhal al Manjawi. Sementara Muhamad bin Ali Ba Alawi, namanya tidak tercatat sebagai apapun, dengan gelar ataupun tanpa gelar. Dengan disebut ulama ataupun bukan. tidak tercatat. gelap. jika ia sosok historis, kemana ia bersembunyi di Kota Mirbat, sampai ulama pengarang kitab sejarah tak mencatatnya, padahal ulama lainnya tercatat dalam sejarah Mirbat?

 

Makam Muhammad Sohib Mirbat 

Makam Habib Muhammad bin Ali Sohib mirbat di Kota Mirbat mempunyai batu nisan dengan ukiran yang bagus. Inskripsi batu nisan itu berangka tahun 556 Hijriyah. Apakah benar batu nisan itu dibuat tahun 556 H?

Di yaman, abad ke enam belum dikenal seni pahat batu. Hal tersebut difahami dari bahwa para raja yang berkuasa di Yaman pada abad enam dan sebelumnya, dari Dinasti al-Manjawih dan dinasti alHabudi, makamnya tidak ada yang berbatu nisan dengan pahatan kaligrafi. Bagaimana orang biasa nisannya berpahat indah dengan harga yang mahal, jika rajanya saja tidak.

Raja pertama yang makamnya berbatu nisan dengan pahatan indah adalah Raja al-Watsiq Ibrahim dari dinasti Rasuli yang wafat pada tahun 711 H. batu nisan itupun bukan produksi Yaman, tetapi di impor dari India.[6] di bawah ini gambar batu nisan raja Al-Watsiq Ibrahim:

 

Bayangkan abad ke-8 saja batu nisan raja Yaman harus di impor dari India, bagaimana duaratus tahun sebelumnya makam Sohib Mirbat sudah mempunyai batu nisan yang sama indahnya. Pada akhir abad ke-8 Dinasti rasuli kemudian membawa para pengarjin pahat dari India untuk membuat nisan.112 Dari situlah awal mula banyak raja, ulama dan orang kaya, batu nisannya memiliki pahatan dan ukiran. Hal itu bisa dibuktikan dengan bahan jenis batu yang berbeda antara batu pahatan Raja al-Watsiq dan pahatan batu nisan selanjutnya. Dimana, struktur dan jenis batu Raja al-Watsiq berasal dari daerah India, sedangkan jenis batu dari nisan lainnya adalah batu lokal dari Yaman.

Batu Nisan Sohib Mirbat, dapat di yakini baru dibuat pada abad Sembilan atau sesudahnya, berbarengan dengan kontruksi nasab Ba Alawi yang sudah final di ijtihadi oleh Habib Ali al-Sakran dan alKhatib. 

Bagi penulis, sosok Habib Sohib mirbat sendiri masih meragukan. apakah ia sosok historis ataukah bukan. Penelusuran membawa kepada keyakinan bahwa sosok ini adalah ahistoris. Tidak ada berita sezaman yang menyebut aksistensinya. Kitab-kitab sejarah yang menyebut para ulama Mirbat dan Dzifar tidak menyebut namanya, kecuali kitab-kitab setelah abad 9 Hijriah. Yah, semuanya setelah abad Sembilan. 

Anak Sohib Mirbat yang bernama Abdullah, yang disebut mendapat ijajah dari Imam al-Qolai (ulama Mirbat yang wafat tahun 630 H.)-pun disebut pertama kali oleh kitab al-Gurar abad 10 H. anehnya nama Abdullah bin Sohib Mirbat Ba Alawi ini kemudian di sebut ―inqirod‖ ( tidak punya keturunan). Nasibnya sama dengan dua sosok ulama yang disebut dalam kitab eksternal yang oleh Ba Alawi diakui sebagai bagian keluarga Ba Alawi, yaitu Jadid dan Salim bin Basri. Keduanya disebut sebagai saudara dari Alwi bin Ubaidillah, namun kemudian keduanya disebut inqirod (keturunannya terputus).

Penulis curiga, bahwa nama Abdullah yang disebut dengan alSyarif itu, memang ada riwayat mendapat ijajah dari Imam al-Qola‘I, namun tidak disebutkan keturunannya ke atas. Lalu di abad Sembilan keluarga Ba Alawi mengakuinya sebagai anak Sohib Mirbat, lalu karena di abad Sembilan itu tidak ditemukan algoritma keturunannya pada keluarga Ba Alawi, maka kemudian di sebutlah ia ―inqirad‖. Algoritma seperti itu yang terjadi pada Jadid dan Salim bin Bashri.

Penulis meyakini, Jadid yang disebut al-Suluk itu, juga Bashri, bukan saudara Alwi. Ada kitab lain menyebut, bahwa Alwi mempunyai saudara satu orang bernama Ismail. Tidak mempunyai saudara bernama Jadid dan Bashri. 

 

Makam Ubaidillah yang wafat 383 H dan makam Alawi yang wafat tahun 400 H-pun, penulis yakin, baru di ijtihadi pada abad sembilan itu. Karena Seorang peneliti Yaman yang bernama Syekh Ahmad hasan Muallim menyatakan di Yaman tidak ada makam yang ada masyhad dan masjid pada abad ke lima hijriah kecuali makam‖ asyahidain‖ di Shan‘a.


[1] Lihat Hanif dkk…h. 122-127

[2] Ahmad bin Hasan al-Muallim, Al-Quburiyah fi al Yaman (Dar ibn aljauzi, Al107 Al-janadi… juz 1 h.173 -Mukalla, 1425H) h.253    

[3] Al-janadi…juz 1 h.212

[4] Abu Muhammad al-Tayyib Abdullah bin Ahmad Ba Makhramah, Qaladat al-Nahr Fi Wafayyat A‟yan al-Dahr (Dar al-Minhaj, Jeddah, 1428 H.) juz 2 h. 618.

[5] Abu Muhammad… Ba Makhramah… juz 2 h.618.

[6] Ahmad bin Awadl Alawi alu Ibarhim, Tarikhi Wafati Al-Imam alQala‟I baina Syawahid al-Tarikh wa Baina Syawahid al-Qabr, h. 21 112 Ahmad bin Awadl …h. 21

your advertise here

This post have 0 comments

Terima kasih kunjungannya, silahkan beri komentar ...
EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Themeindie.com