PASAL KE-6
KH Imadudin Al-Bantani Menjawab Soal: JEJAK PENINGGALAN TERDAHULU SADAH BA’ALWI DI HADRAMAUTUntuk membela nasabnya, Hanif Alatas dkk. berusaha menunjukan berbagai bukti Ahmad bin Isa di Hadramaut. Hanif menunjukan makam dan rumah Ahmad bin Isa, makam Ubaidillah, masjid yang di bangun Alwi bin Ubaidillah tahun 360 H. Makam Alwi bin Ubaidillah, makam Jadid bin Abdullah, Qubah Muhammad Sahib Mirbat, makam Ali Khali Qasam, makam Sahib Mirbat, Masjid Ali Khali Qasam, Makam Faqih Muqoddam, masjid Abdurrahman Assegaf dan masjid Al-muhdlar.[1]
Menelusuri sebuah situs memang
adalah salah satu metode melacak kesejarahan seorang tokoh, istana kerajaan,
tempat pemujaan dan lain sebagainya. Melacak sebuah situs, bisa dengan dua
cara: Pertama, situs itu disebut dalam sebuah sumber tertulis, lalu peneliti
mencari keberadaan situs itu dengan penelusuran sampai penggalian. Misalnya
tentang situs Kraton Majapahit di Trowulan, Kraton Pajajaran di Bogor dan
Banten dan Kraton Demak di Jawa Tengah. Kedua, situs itu ditemukan terlebih
dahulu, lalu dicari sumber-sumber yang berkaitan dengannya untuk diketahui
nilai kesejarahannya.
Makam Ubaidillah, Alawi, Sohib
mirbat dan lainnya dari keluarga Ba Alawi memang hari ini ada. Tetapi, itu saja
belum cukup untuk dijadikan dalil bahwa tokoh-tokoh itu memang tokoh sejarah.
makam itu mungkin bisa dijadikan bukti bahwa sosok itu ada pada masa
kesejarahannya. Tetapi juga, bisa saja ia baru diciptakan pada masa kemudian.
Dari itu, keberadaan sebuah situs seperti makam harus didukung bukti lain yang
menyertainya.
Makam Ahmad bin ‘Isa
Para pembela nasab Ba‘alwi ber-hujjah (alasan) tentang hijrahnya Ahmad
bin ‗Isa ke Hadramaut dengan dalil adanya bukti arkeologis berupa makam Ahmad
bin ‗Isa di Husaysah, Hadramaut. Pertanyaannya, apakah benar makam yang diklaim
sebagai makam
Ahmad bin ‗Isa itu asli? Apakah makam itu sudah
dikenal sejak wafatnya Ahmad bin ‗Isa? Sumber sezaman apa yang bisa memberi
kesaksian bahwa benar Ahmad bin ‗Isa dimakamkan di Husaysah? Sebuah makam di
suatu tempat, tidak bisa menjadi bukti historis akan eksistensi seorang tokoh
yang diklaim dimakamkan di tempat itu, tanpa ada bukti pendukung berupa catatan
tentang itu. Jika tidak demikian, maka, orang Banten di masa ini bisa membuat
makam yang indah dan megah kemudian ditulis dengan tulisan yang indah pula,
bahwa makam ini adalah makam Imam Syafi‘i. Apakah dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Imam Syafi‘I hijrah ke Banten dan berketurunan di Banten? Syekh Ahmad bin Hasan al-Mu‘allim
mengatakan:
لم يثبت في تًريخ اليمن وجود قبر معظم عليو مشهد
أو مسجد قبل العقد الثاني من القرن ات٠امس إلا ما ذكر ت٦ا يسمى مسجد
الشهيدين بصنعاء الذي قيل أنو على قبري قثم وعبدالرتٛن ابتٍ
عبيداالله بن العباس رضي الله عنه
Terjemah:
― Tidak ada dalam sejarah Yaman makam di agungkan
yang diatasnya ada masyhad dan masjid sampai separuh kedua abad lima kecuali
yang disebut sebagai masjid syahidain di San‘a. yaitu yang disebut sebagai
makam Qatsam dan Abdurrahman yang keduanya anak dari Ubaidillah bin Abbas yang
dibunuh oleh Basar bin Arto‘ah, pejabat yang diangkat Muawiyah di Yaman‖.[2]
Dari keterangan
Syekh Ahmad bin Hasan al-Mu‘allim ini, disimpulkan makam yang sekarang ada di
Husaysah itu, yang disebut sebagai Ahmad bin ‗Isa, belum dikenal di Yaman
sampai tahun 450 H., padahal Ahmad bin ‗Isa telah wafat 105 tahun sebelumnya
(?). AlJanadi (w.732 H.), sebagai sejarawan yang gemar merekam adanya makam
tokoh yang diziarahi orang, pun tidak mencatat di Husaysah ada makam Ahmad bin
‗Isa. sedangkan, dua tokoh yang disebut oleh Syekh Ahmad bin Hasan Al-Muallim,
direkam pula keberadaannya oleh Al-Janadi dalam Al-Suluk Fi Tabaqat al-Ulama wa-al-Muluk. Ia mengatakan:
وقبر الطفلتُ مشهور بصنعاء في مسجد يعرف تٔسجد
الشهيدين
يزار ويستنجح من الله فيوِ اتْٟاجَات
Terjemah:
―Dan makam dua anak masyhur di San‘a disebuah masjid
yang dikenal dengan nama masjid Al-Syahidain di ziarahi dan dimintakan kepada
Allah untuk dikabulkannya hajat‖107
Selain dua
makam itu, Al-Janadi pun rajin berziarah ke makam para tokoh. Seperti ia
merekam makam seorang dokter Irak yang dianggap pahlawan di Qinan dan ia berziarah
ke sana. Ia berkata:
وقبره ىنالك وىو مسجد جامع لو منارة يزار
ويتبرك بو دخلتو في
المحرم أول سنة ست وتسعتُ وستمائة
Terjemah:
―Dan makamnya (dokter dari Irak) di sana (Qinan), ia sebuah
masjid jami‘ yang memiliki menara, diziarahi dan dianggap berkah, aku
memasukinya di bulan Muharram awal tahun 696
H.‖ [3]
Al-Janadi (w.732), tidak merekam
adanya makam Ahmad bin
‗Isa, padahal ia sejarawan yang rajin mencatat
nama-nama makam yang diziarahi dan dianggap berkah. Artinya pada tahun 732
H>. itu, makam Ahmad bin ‗Isa belum dikenal (dibaca ‗tidak ada‘) seperti
saat ini. Telah berjarak 387 tahun sejak wafatnya, makam Ahmad bin ‗Isa belum
dikenal orang. Lalu kapan mulai adanya cerita bahwa Ahmad bin ‗Isa dimakamkan
di Husaysah? Berita awal yang didapatkan adalah berita dari Bamakhramah (w.947
H.) dalam kitabnya Qaladat al-Nahr Fi
Wafayyat A‟yan al-Dahr. Dalam kitab tersebut disebutkan, ada dua pendapat
mengenai makam Ahmad bin ‗Isa: Pendapat pertama mengatakan ia wafat dan
dimakamkan di Husaysah; pendapat kedua mengatakan ia wafat di Qarah Jasyib.[4]
Lalu berdasar apa makam Ahmad bin ‗Isa ini dipastikan ada di Husaisah seperti
yang sekarang masyhur sebagai makamnya? Bamakhromah menyebutkan bahwa makam itu
diyakini sebagai makam Ahmad bin ‗Isa karena ada Syekh Abdurrahman
menziarahinya dan ada cahaya yang dapat dilihat dari tempat yang diyakini
sebagai makam Ahmad bin ‗Isa itu. Jadi bukan karena ada data dan sumber
sebelumnya. Bamakhramah mengatakan:
يرى عل ات١وضع الذي يشار اليو ان قبره الشريف
فيو النور العظيم وكان شيخنا العارف بالله عبد الرتٛن بن الشيخ محمد بن علي
علوي يزوره في ذالك ات١كان
Terjemah:
―Dilihat cahaya agung dari tempat yang diisyarahkan bahwa
tempat itu adalah quburnya (Ahmad bin ‗Isa) yang mulia. Dan guru kami, Al-Arif
Billah Abdurrahman bin Syekh Muhammad bin ‗Ali Alwi, berziarah ditempat itu.‖ [5]
Seperti itulah
makam Ahmad bin ‗Isa ditemukan, yaitu bukan berdasarkan naskah yang menyatakan
bahwa ia memang dimakmkan di Husaysah, dan bukan karena memang makam itu telah
ada sejak hari wafatnya yaitu tahun 345 H., tetapi diitsbat berdasarkan
ijtihad. Berarti makam Ahmad bin ‗Isa baru ditemukan, bahkan dibangun, di abad
sembilan atau sepuluh Hijriah, yaitu sekitar 602 tahun setelah hari wafatnya.
Dari sana, keberadaan makam Ahmad bin ‗Isa di Husaysah ini, berdasar kesimpulan
tidak adanya peristiwa hijrah-nya ke
Hadramaut, sangat meyakinkan untuk dikatakan bahwa makam itu adalah makam
palsu.
Muhammad Shahib Mirbat
Sosok Muhammad Sohib Mirbat Ba
Alawi namanya tidak ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Yaman mulai dari masa
hidupnya di abad ke enam hijriah sampai abad sembilan.
Seharusnya, tokoh yang disebut
dalam kitab Ba Alawi sebagai ulama besar itu, terdeteksi ulama sejarah dan
ditulis dalam kitab mereka. Dalam tulisan sebelumnya, penulis menduga, bahwa
Muhammad Sohib Mirbat itu adalah Muhammad bin Ali al-Qola‘i. ia ulama besar di
Mirbat yang sezaman dengan Muhamad bin Ali Ba Alawi ―Sohib Mirbat‖. Hemat
penulis awalnya, yang lebih pantas menyandang gelar Sohib Mirbat adalah Imam
al-Qola‘i, karena sosoknya masyhur sebagai ulama besar ahli fikih madzhab
Syafi‘i; pendapatnya banyak dikutip oleh ulama fikih mu‘tabarah semacam Imam
Nawawi dan Imam Ibnu Hajar; kitab karangannya banyak; namanya di catat dalam
kitab-kitab sejarah semacam kitab al-Suluk.
Kini, keraguan penulis itu
terjawab. Penulis telah menemukan sebuah kitab yang dengan tegas mengatakan
siapa yang bergelar Sohib Mirbat. ia bukan Muhammad bin Ali Ba Alawi, bukan
pula Muhammad bin Ali al-Qola‘i. Sohib Mirbat, adalah gelar yang diberikan
kepada Penguasa di Kota Mirbat yang bernama Muhammad bin Ahmad al-Ak-hal
al-Manjawi. ia adalah penguasa terakhir Kota Mirbat dari Dinasti al-Manjawi.
Muhammad al-Akhal Sohib Mirbat disebut al-Akhal karena memakai celak dimatanya
atau karena matanya ada tanda hitam sejak lahir.
Ibnul Atsir, pakar sejarah abad
ke-7 dalam kitabnya al-Kamil fi al-Tarikh menyebutkan bahwa di tahun 601
Hijriah, Muhammad alAkhal Sohib Mirbat, digantikan oleh mantan menterinya yang
bernama Mahmud bin Muhammad al-Himyari. (al-Kamil fi al-Tarikh: 10/ 203).
Walau dalam kitabnya itu, Ibnul
Atsir hanya menyebut gelar Sohib Mirbat, tanpa menyebut namanya, namun nama itu
dapat dikonfirmasi dalam kitab sejarah yang lain seperti kitab Dzifar
ibrattarikh bahwa nama gelar Sohib Mirbat bukanlah untuk Muhammad bin Ali Ba
Alawi tetapi untuk penguasa Mirbat yang bernama Muhammad bin Ahmad al-Akhal al
Manjawi. Sementara Muhamad bin Ali Ba Alawi, namanya tidak tercatat sebagai
apapun, dengan gelar ataupun tanpa gelar. Dengan disebut ulama ataupun bukan.
tidak tercatat. gelap. jika ia sosok historis, kemana ia bersembunyi di Kota
Mirbat, sampai ulama pengarang kitab sejarah tak mencatatnya, padahal ulama
lainnya tercatat dalam sejarah Mirbat?
Makam Muhammad Sohib Mirbat
Makam Habib Muhammad bin Ali Sohib
mirbat di Kota Mirbat mempunyai batu nisan dengan ukiran yang bagus. Inskripsi
batu nisan itu berangka tahun 556 Hijriyah. Apakah benar batu nisan itu dibuat
tahun 556 H?
Di yaman, abad ke enam belum
dikenal seni pahat batu. Hal tersebut difahami dari bahwa para raja yang
berkuasa di Yaman pada abad enam dan sebelumnya, dari Dinasti al-Manjawih dan
dinasti alHabudi, makamnya tidak ada yang berbatu nisan dengan pahatan
kaligrafi. Bagaimana orang biasa nisannya berpahat indah dengan harga yang
mahal, jika rajanya saja tidak.
Raja pertama yang makamnya berbatu
nisan dengan pahatan indah adalah Raja al-Watsiq Ibrahim dari dinasti Rasuli
yang wafat pada tahun 711 H. batu nisan itupun bukan produksi Yaman, tetapi di
impor dari India.[6]
di bawah ini gambar batu nisan raja Al-Watsiq Ibrahim:
Bayangkan abad ke-8 saja batu
nisan raja Yaman harus di impor dari India, bagaimana duaratus tahun sebelumnya
makam Sohib Mirbat sudah mempunyai batu nisan yang sama indahnya. Pada akhir
abad ke-8 Dinasti rasuli kemudian membawa para pengarjin pahat dari India untuk
membuat nisan.112 Dari situlah awal mula banyak raja, ulama dan
orang kaya, batu nisannya memiliki pahatan dan ukiran. Hal itu bisa dibuktikan
dengan bahan jenis batu yang berbeda antara batu pahatan Raja al-Watsiq dan
pahatan batu nisan selanjutnya. Dimana, struktur dan jenis batu Raja al-Watsiq
berasal dari daerah India, sedangkan jenis batu dari nisan lainnya adalah batu
lokal dari Yaman.
Batu Nisan Sohib Mirbat, dapat di
yakini baru dibuat pada abad Sembilan atau sesudahnya, berbarengan dengan
kontruksi nasab Ba Alawi yang sudah final di ijtihadi oleh Habib Ali al-Sakran
dan alKhatib.
Bagi penulis, sosok Habib Sohib
mirbat sendiri masih meragukan. apakah ia sosok historis ataukah bukan.
Penelusuran membawa kepada keyakinan bahwa sosok ini adalah ahistoris. Tidak
ada berita sezaman yang menyebut aksistensinya. Kitab-kitab sejarah yang
menyebut para ulama Mirbat dan Dzifar tidak menyebut namanya, kecuali
kitab-kitab setelah abad 9 Hijriah. Yah, semuanya setelah abad Sembilan.
Anak Sohib Mirbat yang bernama
Abdullah, yang disebut mendapat ijajah dari Imam al-Qolai (ulama Mirbat yang
wafat tahun 630 H.)-pun disebut pertama kali oleh kitab al-Gurar abad 10 H.
anehnya nama Abdullah bin Sohib Mirbat Ba Alawi ini kemudian di sebut ―inqirod‖
( tidak punya keturunan). Nasibnya sama dengan dua sosok ulama yang disebut
dalam kitab eksternal yang oleh Ba Alawi diakui sebagai bagian keluarga Ba
Alawi, yaitu Jadid dan Salim bin Basri. Keduanya disebut sebagai saudara dari
Alwi bin Ubaidillah, namun kemudian keduanya disebut inqirod (keturunannya
terputus).
Penulis curiga, bahwa nama
Abdullah yang disebut dengan alSyarif itu, memang ada riwayat mendapat ijajah
dari Imam al-Qola‘I, namun tidak disebutkan keturunannya ke atas. Lalu di abad
Sembilan keluarga Ba Alawi mengakuinya sebagai anak Sohib Mirbat, lalu karena
di abad Sembilan itu tidak ditemukan algoritma keturunannya pada keluarga Ba
Alawi, maka kemudian di sebutlah ia ―inqirad‖. Algoritma seperti itu yang
terjadi pada Jadid dan Salim bin Bashri.
Penulis meyakini, Jadid yang
disebut al-Suluk itu, juga Bashri, bukan saudara Alwi. Ada kitab lain menyebut,
bahwa Alwi mempunyai saudara satu orang bernama Ismail. Tidak mempunyai saudara
bernama Jadid dan Bashri.
[1]
Lihat Hanif dkk…h. 122-127
[2] Ahmad bin Hasan
al-Muallim, Al-Quburiyah fi al Yaman
(Dar ibn aljauzi, Al107 Al-janadi… juz 1 h.173 -Mukalla, 1425H)
h.253
[3] Al-janadi…juz 1 h.212
[4] Abu Muhammad al-Tayyib
Abdullah bin Ahmad Ba Makhramah, Qaladat
al-Nahr Fi Wafayyat A‟yan al-Dahr (Dar al-Minhaj, Jeddah, 1428 H.) juz 2 h.
618.
[5]
Abu
Muhammad… Ba Makhramah… juz 2 h.618.
[6] Ahmad bin Awadl Alawi alu
Ibarhim, Tarikhi Wafati Al-Imam alQala‟I baina Syawahid al-Tarikh wa Baina
Syawahid al-Qabr, h. 21 112 Ahmad bin Awadl …h. 21

This post have 0 comments
Terima kasih kunjungannya, silahkan beri komentar ...
EmoticonEmoticon